BLOG yang menyediakan fakta nyata. Diberdayakan oleh Blogger.

Kamis, 30 Juni 2011

Tentang ST (Surat Tobat) Yang Dibid'ahkan Oleh Salafy Indon KW13

BAB MENULIS SURAT TAUBAT SEBELUM RAMADHAN

TANYA;

Amsol dong dijelasin asal usul kluarnya surat taubat krna kan umumnya di jamaah kita ini sblm romadhon di nasehatin utk bertobat......trus gmana sich prakteknya TAUBATAN NASUHA yg pas sesuai QHJ ?

JAWAB;

Tentang “surat taubat” (ST) pada awalnya di dalam jamaah tdk dikenal istilah tsb, artinya saat pertama kali medakwahkan QHJ Abah Nurhasan sama sekali tdk mengajarkan bab ST, pada masa itu orang bertaubat ya langsung kepada Allah, sbgmn yg terdapat di dalam QH.

Sehingga sekitar tahun 60an ketika itu ada beberapa jamaah yg (diantaranya orang2 yg top spt alm. Drs. Nurhasim dll) diangap “resolusi”, setelah dinasehati mereka akhirnya sadar dan mau bertaubat, kebetulan yang diserahi menangani orang2 yg taubat dari resolusi itu adalah Bambang Irawan.

Sesuai dg karakternya yang bringasan si Bambang memperlakukan para jamaah yg bertaubat tsb dg sangat tidak manusiawi (diantaranya direndam di jublangan tai dsb).

Lalu atas perintah Abah praktek biadabnya Bambang dihentikan, selanjutnya jamaah2 tsb dimanquuli cara bertaubat dg taubatan nasuha, yakni memenuhi 4 syarat taubat yg sah; mengakui kesalahan, mohon ampun kepada Allah, merasa menyesal dan berjanji tdk akan mengulang kesalahan lagi, menunaikan kafarah.

Rupanya seiring perjalanan waktu surat pernyataan taubat jamaah2 yg resolusi tsb akhirnya menjadi “sababbul wurud” di dalam jamaah dan akhirnya terus menjadi kebiasaan hingga saat ini.

TAUBAT ITU HANYA KEPADA ALLAH

Ala kulli hal, 4 syarat taubat tsb sebenarnya sudah benar, namun tetap harus dipahami bahwa taubat yg sesungguhnya adalah kepada Allah.
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا تُوبُوا إِلَى اللهِ تَوْبَةً نَصُوحًا عَسَى رَبُّكُمْ أَنْ يُكَفِّرَ عَنْكُمْ سَيِّئَاتِكُمْ وَيُدْخِلَكُمْ جَنَّاتٍ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الأنْهَارُ
"Hai orang-orang yang beriman, bertaubatlah kepada Allah dengan taubat yang semurni-murninya, mudah-mudahan Tuhan kamu akan menghapus kesalahan-kesalahanmu dan memasukkan kamu ke dalam surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai." QS. At-Tahrim : 8.

Keterangan;
Ayat di atas mengandung pengertian bahwa taubat hanyalah kepada Allah, bahkan taubat kepada selain Allah bisa dikategorikan “menyekutukan Allah” dg makhluqNya, hal ini dipertegas dg maksud kalimat pada Raja Istigfar yg diajarkan oleh Rasulullah Saw;
إِنَّهُ لاَ يَغْفِرُ الذُّنُوبَ إِلاَّ أَنْتَ
"Sesungguhnya tidak ada yang mengampuni dosa melainkan Engkau."

Dulu alm Abah D sering nasehat menjelaskan bab taubat itu disesuaikan kepada siapa kesalahan diperbuat, kalau kesalahan kepada sesama anak adam maka hendaklah minta maaf kepada yg bersangkutan, kalau kesalahannya berupa melanggar ijtihad keimaman (kelompok hingga pusat) maka minta maaf pada imam yg membuat ijtihad.

Kalau ada yg beranggapan bahwa taubatnya tidak sah atau tdk diterima oleh Allah jika tdk dipersaksikan kepada imam sbb imam itu saksi Allah di bumi, maka anggapan ini salah besar dan bahkan bisa terjerumus pada kesyirikan.

Sama dengan keyakinan orang2 ahli bid’ah (misalnya orang2 NU) yg menganggap doanya orang awam tidak makbul sehingga perlu “washilah” dari berkat atau karamahnya ulama’ atau kiyai, oleh karenanya kalau berdoa mereka mendatangi ulama baik yg masih hidup maupun yg sdh mati agar doa mereka dikabulkan oleh Allah.

Yang harus diingat bahwa perkara penyaksian bukan hanya imam yg akan menjadi saksi atas rukyah, sebaliknya rukyah pun juga akan menjadi saksi bagi imamnya di hadapan Allah kelak di saat hari pengadilan.

TAUBAT MENJELANG RAMADHAN

Adapun kebiasaan menulis surat taubat menjelang Ramadhan adalah kebiasaan yg tidak ada sunnahnya, boleh dikatakan kebiasaan yg ada sekarang ini adalah akibat dari kekeliruan akan penafsiran dan pelaksanaan dari nasehat Abah yg akhirnya menjadi adat/kebiasaan yg melekat.

Sebenarnya Abah alm dulu hanya menasehati kepada jamaah untuk mempersiapkan diri semaksimal mungkin menjelang datangnya bulan yang suci, diantaranya dg membersihkan diri dari dosa2 yg telah diperbuat prakteknya adalah bertaubat kepada Allah (bukan membuat surat taubat pd kiyai).

Jadi untuk melaksanakan nasehat ijtihad Abah dalam urusan taubat tsb, jamaah digalakkan untuk memperbanyak istighfar, mohon ampun kepada Allah disertai penyesalan atas dosa2 yg telah diperbuat, bisa juga dg mengerjakan shalat tasbih dll.

Tujuan nasehat tsb sbnrnya baik, namun seharusnya tdk hanya menjelang Ramadhan, malah sebaiknya di bulan Ramadhan itulah dipersungguh untuk membersihkan dosa, sbb bulan Ramadhan itu sendiri adalah bulan maghfirah saat Allah “mengobral” pengampunan.

Amalan menulis surat taubat seperti ini sebaiknya ditinggalkan, sebab jika tidak akan menjadi berubahnya keyakinan, sehingga orang yg sblm Ramadhan tdk membuat ST dianggap masih blm bersih dari dosa sehingga puasa Ramadahnnya tdk afdhal dsb.

Kalau sdh spt ini maka sudah menjadi amalan bid’ah, sebagaimana yg telah melekat pada masyarakat Jawa terutama Jogja, setiap akan masuk Ramadhan mereka mempunyai kebiasaan wajib mandi di sungai untuk membersihkan diri dari dosa, dan mereka yakini kalau tidak mandi nanti puasa Ramadhannya tdk sah.

KESIMPULAN

Untuk menghindari amalan yg tdk ada sunnahnya (dan mengarah pada bid’ah) maka sebaiknya tdk dibiasakan menulis surat taubat termasuk ketika akan masuk bulan Ramadhan.

Bertaubatlah langsung kepada Allah dengan taubatan nasuha, tidak dengan menulis surat kepada pengurus atau kiyai, sbb hal spt itu tdk ada dasar dalilnya, diperparah lagi adanya fakta di berbagai daerah terdapat “oknum” kiyai yg kurang amanah, kesalahan jamaahnya diobrolkan dg istrinya dan orang2 yg terdekatnya, sehingga aib rukyahnya sendiri tersebar ke mana2.

Ini hanya nasehat dari saya, agar kita bisa benar2 memurnikan QHJ dan terhindar dari bid’ah yg sesat, namun jika diantara poro sedulur ada yang tidak bisa meninggalkan kebiasaan menulis surat cinta…, eh salah … maksud saya surat taubat kepada kiayai, dan meyakini itu bagian dari ibadah, taat kepada imam, ya monggo … saya tidak bisa dan tidak mau memaksa, mugo2 Allah paring barokah.

6 komentar

Unknown 1 Oktober 2013 pukul 10.34

maskdunya bagimana yaaa

Anonim

yongalah yoyo ngono ae gk iso bangeten lhooooooo

Unknown 9 Desember 2015 pukul 20.27

Yg btul klo tdk ad dalilx ya pengurusx menasehati diri sendir,dan rukyahx,spya tdk terjadi penyelewengan ibadah,,

Unknown 9 Desember 2015 pukul 22.56

Yg btul klo tdk ad dalilx ya pengurusx menasehati diri sendir,dan rukyahx,spya tdk terjadi penyelewengan ibadah,,

Anonim

Para ulama QHJ harus berani menyatakan hukum(perkara) yg sebenar menurut alquran dan hadis yg sah....jgn biarkan rukyah QHJ yg lain dalam kesesatan....berani menasehati imam kalau imamnya terlupa atau kurang faham....sebab imam manusia biasa...tak lepas dari kekurangan...ajk...

Anonim 31 Maret 2019 pukul 03.52

Untuk ulama qhj yg melihat Web ini, semoga kesalahan faham perihal surat taubat tidak ada lagi, jangan menjunjung tinggi faham bid, ah, kami sebagai generasi muda qhj, menunggu realisasi anda sekalian sebagai ulama.

Posting Komentar