BLOG yang menyediakan fakta nyata. Diberdayakan oleh Blogger.

Jumat, 29 Juli 2011

Buku Yang Berjudul “Bahaya Islam Jamaah, Lemkari / LDII”

Jakarta, 17 Agustus 2001.

Kepada Yth. :
Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia
Masjid Istiqlal, Jakarta 10710.

Assalaamu ‘alaikum warohmatullaahi wabarokaatuh.

Akhir-akhir ini telah beredar sebuah buku yang berjudul “Bahaya Islam Jamaah, Lemkari / LDII” yang diterbitkan oleh LPPI. Bahkan menurut pengakuan penerbitnya telah mencapai cetakan ke sepuluh.
Dari segi kuantitas, apabila memang betul sebanyak itu, patut kita acungkan jempol dan patut pula kita nominasikan untuk dicatat di dalam “Guinnes Book Of Records”.

Namun dari segi ilmiyah sungguh tidak dapat dipertanggung jawabkan karena isinya sangat tendensius, emosional dan tidak mendukung obyektifitas. Suatu kajian akan dinilai obyektif secara keilmuan apabila yang diteliti itu ditinjau dari berbagai sudut, dan tidak memihak.

Dari segi agama, jelas isinya hanya berdasarkan kedengkian terhadap suatu golongan. Dari segi tata negara, buku tersebut dapat dikatakan mengandung unsur provokasi, tanpa memperhatikan lagi bahwa sekarang ini adalah era kebebasan bagi setiap warga negara untuk bersikap.

Dari segi pandangan hidup tampaknya penulis berpandangan “Gajah di pelupuk mata tak tampak, kuman di seberang lautan terlihat jelas”, sang penulis mengabaikan realita di sekelilingnya dan hanya terfokus kepada motto “anti LDII”, terbukti dengan tidak adanya buku lain selain buku mengenai LDII tersebut yang diterbitkan.

Dari segi faktual, penulis hanya mencantumkan berita-berita negatif dari sebagian oknum dan menutup mata terhadap perkembangan LDII yang jauh lebih besar.

Dari segi etika jurnalistik, si penulis berusaha untuk menikmati hak kebebasan berpendapat, namun tidak memperhatikan etika dan integritas sebagai seorang peneliti (kebebasan yang kebablasan).

Saya bukanlah pengikut LDII, tetapi sebagian besar keluarga saya sudah lama mengaji di LDII. Sudah lama saya mengamati setiap aktifitas LDII, jauh sebelum sang penulis buku tersebut mengamatinya.

Jika ternyata ada ajaran yang menyesatkan dari LDII sudah pasti saya akan melarang keras keluarga saya untuk mengikutinya, tetapi yang selama ini terjadi hanyalah berita-berita yang menyesatkan saja yang banyak beredar.

Sejauh ini memang kelihatannya LDII tidak menanggapi fitnah-fitnah yang ditulis di dalam buku tersebut.

Sangat disayangkan bahwa MUI memberikan dukungan atas terbitnya buku tersebut melalui surat (tanpa tanggal) yang ditandatangani oleh Bapak Ali Yafie dan Bapak Nazri Adlani.Hingga pada cetakan terakhir (cetakan ke sepuluh – Februari 2001) surat MUI tersebut masih dicantumkan.
Saya tidak tahu apakah Bapak Ketua Umum MUI menyadari hal ini, yang jelas surat yang ditandatangani Bapak Ali Yafie tersebut sampai dengan cetakan terakhir buku tersebut masih dijadikan referensi oleh sang penulis.

Saya sangat meyakini bahwa salah satu fungsi MUI adalah membina ummat Islam, menaungi kepentingan ummat Islam secara keseluruhan termasuk golongan-golongan di dalam Islam selama tetap berpedoman kepada Al-Qur’an dan Al-Hadits.

Untuk itu saya menyerukan kepada MUI untuk mecabut dukungan kepada buku yang berjudul “Bahaya Islam Jamaah, Lemkari / LDII” yang diterbitkan oleh LPPI karena isinya sangat provokatif, menyebarkan kedengkian dan bertendensi untuk memecah persatuan ummat Islam.
Innamal mu’minuuna ikhwatun fa-ashlihuu bayna akhowaykum wattaqullaaha la’allakum turhamuun.

Demikian dan terima kasih.

Wassalam,

H. Achmad Bagdja, S.E, MM
Ketua PBNU

e-mail : a_bagdja@yahoo.com

cc:
1. Bapak H.M. amien jamaluddin / ketua LPPI
2. Bapak ketua Umum LDII
3. Toko-toko buku di seluruh Indonesia

4 komentar

Unknown 1 Oktober 2013 pukul 10.05

LPPI makin kaya raya ...buku nya laris manis...LDII memang luar biasa...bikin orang kaya dadakan gara2 ngarang buku.....selamat buat LPPI. tunggu pembalasan Alloh Swt di akhir jaman

Anonim

Sangat disayangkan orang sehebat pak Bagja kok sepertinya menutup mata. Kalau dikeluarga bapak sendiri mungkin itu bukan cerminan LDII secara utuh menyangkut sejarah dan rentetan peristiwanya. Belum lagi kejadian disana sini yang memang sesuai realita yang disampaikan penulis. Saya menyimpulkan bahwa pak Bagja tidak lebih hanya membela keluarganya tapi menutup mata terhadap realitas gerak LDII dilapangan

Anonim

Lho, bukankah buku tersebut laris manis terjual habis karena diborong oleh pihak LDII sendiri, agar borok-borok mereka tidak menyebar ke sana-sini? Kalau pun isi buku tersebut merupakan fitnah, kenapa tidak diajukan tuntutan secara hukum? Saya yakini isi buku tersebut 99% benar adanya. Sebagian keluarga saya pernah merasakan semua itu. Nah, soal asumsi Ketua PBNU, H Achmad Bagdja, SE, MM, saya kira dia merupakan bagian dari LDII atau sekurang-kurangnya orang NU yang sudah terkontaminasi LDII atau sudah 'dimahari' LDII. Wassalam.

Unknown 23 April 2015 pukul 08.02

Orang NU model apa berani2nya nulis spt itu.

Posting Komentar